mulai
penghijauan dari hal yang kecil dan menjaga kelestarian penghijaun yang ada.
Efek global warming semakin hari semakin terasa.
Penghijauan merupakan cara terbaik untuk mengurangi hal tersebut.
sebelumnya ,saya akan menjelaskan keadaan udara
kita saat ini yaitu Pemanasan global ,Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir.terbukti Semakin hari, banyak yang membicarakan tentang efek global
warming seperti diantaranya suhu udara yang meningkat, perubahan cuaca ekstrim
dan ketidak teraturan musim. Sepertinya, Kesadaran manusia akan pentingnya
penghijauan sendiri sangat minim. Saya sendiri mengakui bahwa manusia justru
semakin sibuk untuk menambah gobal warming itu sendiri seperti, memperparah
polusi udara, penggunaan CFC pada lemari Es dan AC, meningkatnya jumlah
penduduk dan aktifitasanya,teknologi,pemanfaat hutan yang tidak
sesuai(pembalakan liar), dll lain sebagainya. Sementara yang memikirkan akan
penghijauan itu sendiri sangat sedikit. Sehingga polusi dimana-mana,
sudah saatnya mulai sekarang terapkan lah Go Green
lingkungan kita , memang diperlukan kesadaran dari manusia itu sendiri untuk
mengurangi polusi. mulai lah dengan menerapkan Go Green di lingkungan terdekat
seperti yang di terapkan di kampus POLITEKNIK NEGERI JEMBER memang kampus harus
merupakan tempat yang nyaman, bersih, teduh (hijau), indah dan sehat dalam
menimba ilmu pengetahuan, Kemudian lingkungan kampus sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari ekosistem perkotaan tidak sedikit peranan dan sumbangannya
bagi meningkatkan maupun dalam menurunkan pemanasan global di kampus POLITEHNIK
NEGERI JEMBER terpampang di depan maupun dalam kampus yang bertulisan Go
Green , penghijauan kita lihat disetiap sudut gedung , pinggir jalan ,
pekarangan lahan belakang , dan disekeliling pagar maupun dalam gedung nya.
memang masih banyak yang melanggar peraturan Go Green kampus tetapi kita terus
mngembangkan Go Green secara perlahan agar dapat mengurangi polusi di alam ini,
di lingkungan POLIJE kehijauan dimana mana itu sudah cukup untuk mengurangi
polusi sekitarnya namun yang mengakibatkan polusi juga perlu kesadaran nya agar
dapat mengurangi pemakaian bahan bahan yang menyebabkan polusi tersebut. kita
menerapkan Go Green dikampus agar kampus kita dapat menjadi contoh dari kampus
kampus lainnya, jika terlaksana dengan baik maka itu merupakan sebuah prestasi
bagi kita dan kampus kita,bahkan orang orang yang secara terus menerus melihat
spanduk Go Green juga akan perlahan sadar akan polusi yang dibuatnya setiap
hari tetapi semua butuh waktu dan perlu diketatkan nya peraturan Go
Green, agar terlaksana dengan baik.
semua tahu bahan bahan yang menyebabkan polusi
itu banyak dan beraneka ragam hingga setiap hari pun kita mengeluarkan polusi
yang banyak dari kendaraan kita dan aktivitas kita
banyak manfaat Go Green jika terlaksana dengan
baik yaitu sebagai berikut ;
- Sebagai paru-paru kota dan kampus kita. Tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan;
- Sebagai pengatur lingkungan vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman dan segar;
- Pencipta lingkungan hidup
- Penyeimbangan alam merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya;
- Perlindungan, terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang, terik matahari, gas atau debu-debu);
- Keindahan
- Kesehatan
- Rekreasi dan pendidikan
- Sosial politik ekonomi
Sebenarnya Go Green bukan hanya untuk orang yang ada
disekitar kita namun untuk kita sendiri juga sangat penting untuk kelangsungan
hidup kita sehari hari dalam beraktivitas / kuliah dalam kita melakukan Go
Green berarti kita menyediakan kehidupan bagi makhluk hidup yang di ciptakan
Allah yaitu hewan hewan dan tumbuhan yang sudah hampir punah saat ini dan
kita juga mnyediakan kelangsungan hidup untuk anak cucu kita kelak nanti, coba
kita bayangkan jika kita tidak melakukan Go Green apa yang terjadi dengan
bumi kita ini suhu semakin panas akibat atmosfer yang menipis dikarenakan
banyaknya polusi yang dihasilkan dari aktivitas manusia, tumbuhan, hutan tidak
sanggup menyerap atau mnetralisir polusi karena hutan tidak diurus malah hutan
semakin dirusak untuk kepentingan sekelompok orang orang untuk mencari
keuntungan semata, pernahkan anda membayangkan jika yang hidup di dunia ini
hanya manusia saja hutan hutan habis,hewan punah yang mampu bertahan
hidup hanyalah hewan dan tumbuhan parasit saja,semoga tidak terjadi. Dengan
demikian jagalah hutan kita yang sudah ada ini dan lakukan lah minimal menanam
satu pohon perorang sebqagai tabungan oksigen kita dan kurangilah polusi yang
dihasilkan sekali lagi ini demi kelangsungan hidup kita juga manfaatnya.
Global Warming
Pemanasan
global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Penyebab pemanasan global
Efek rumah kaca
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Penyebab pemanasan global
Efek rumah kaca
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]
dikirim oleh : Dini Ainudiva (dini.ainudiva@gmail.com)
0 komentar:
Posting Komentar